TARUNA AKMIL NAPAK TILAS ROUTE GERILYA PANGLIMA BESAR JENDRAL SOEDIRMAN

Ratna Dewi 22 Maret 2018 10:25:26 WIB

Plembutan (SID) - Kamis (22/3) ratusan peserta didik prajurit TNI tengah melakukan napak tilas route perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman, mereka berhenti sebentar untuk beristirahat di Lapangan Desa Plembutan. Persinggahan sementara di PLembutan sesuai dengan kisah perjuangan sang Jendral dimana dahulu kala Jendral yang ditandu oleh pasukannya singgah di Playen dan berganti kendaraan menggunakan andong. Sebanyak 450 Taruna dan Taruni yang dibagi dalam 3 gelombang kedatangan ini disambut oleh warga masyarakat Desa Plembutan. Bukan hanya warga namun juga siswa sekolah mulai dari PAUD, TK, SD sampai dengan SMA berjajar di tepi jalan menyambut kedatangan peserta napak tilas ini.

Sejak pagi memang suasana di Kantor Kepala Desa Plembutan ini tampak beda, ada beberapa warga dan guru sekolah yang datang mengantar makanan seperti ubi rebus, pisang rebus, emplek. Ini adalah murni swadaya warga dalam menyambut peserta napak tilas ini.

Sebagaimana diketahui bahwa sejarah telah menorehkan nama Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Bermula saat Jenderal Soedirman kembali ke Bintaran Timur dan membuat keputusan penting yaitu keluar dari Kota Yogyakarta untuk berperang gerilya. Dengan mengendarai mobil dinas, Pak Dirman dikawal satu regu besar pasukan yang menumpang mobil bak terbuka. Mobil itu berjalan beriringan meninggalkan Yogyakarta melalui rute pantai selatan. Tidak ada bekal terbawa, kecuali senjata. Seluruh perlengkapan telah dibakar.

Pertama kali mereka beristirahat di Grogol Yogyakarta sambil memetakan rute gerilya. Gunung Wilis Kediri dipilih menjadi tujuan akhir perjalanan mereka. Dari Grogol Yogyakarta mereka bergerak menuju pantai selatan Parangtritis. Perjalanan mereka tertahan saat menemui muara sungai dekat laut selatan. Mereka terpaksa meninggalkan kendaraan di tepi sungai tidak ada jembatan untuk menyebrang.Pak Dirman diarak dengan tandu yang dipikul oleh rakyat. Strategi gerilya memudahkan mereka untuk melakukan serangan mendadak ke musuh, lalu sembunyi ke hutan hingga serangan berikutnya. Tak terhitung, berapa kali mereka berhadapan dengan serdadu Belanda selama bergerilya. Makanan mereka bergantung dari warga yang ikhlas mengirim bantuan makanan atau memakan buah-buahan yang ditemui di hutan untuk bertahan hidup. Pak Dirman menawarkan ke pasukannya yang tidak kuat agar kembali ke kota. Tapi tidak ada prajurit yang kembali.

Markas komando di puncak gunung Wilis belakangan terendus oleh radar Belanda. Markas itu pun kemudian dibombardir oleh pasukan Belanda hingga hancur. Rombongan pasukan Soedirman terdesak turun dan bergerak mendekati markas Kolonel Gatot Soebroto di lereng gunung Lawu. Pak Dirman memutuskan istirahat dan melanjutkan perjalanan esok hari. Namun pengawalnya, Nolly punya perhitungan lain. Ia usul ke panglima untuk terus melanjutkan perjalanan di malam hari. Nolly menangkap informasi melalui intelijen, beberapa gerbong kereta berisi serdadu Belanda sedang bergerak dari Malang menuju Kediri. Jika memutuskan menginap, pasukan Belanda akan berhasil menyergap. Panglima pun sepakat.

Pasukan gerilya membuat taktik baru untuk mengelabuhi mata-mata Belanda. Mereka merekayasa Jenderal Soedirman palsu. Seorang anggota dipilih menggantikan posisi pak Dirman karena punya perawakan mirip. Pak Dirman sendiri berganti baju dan diturunkan dari tandu. Tugas Nolly menggendong panglimanya yang sakit parah itu dengan berjalan memisah dengan rute yang dilalui pasukan penandu Soedirman palsu. Pada akhirnya, mereka akan bertemu di tempat yang sama meski melalui jalan yang berbeda. Saat paling mengerikan adalah ketika pasukan gerilya dikepung oleh tentara Belanda di hutan rotan sekitar Kediri hingga 5 hari 5 malam. Dalam kondisi genting itu, kesehatan pak Dirman semakin menurun. Ia tak lagi bisa digendong karena sakitnya kian parah. Pak Dirman butuh asupan makanan untuk memulihkan kekuatannya. Sementara serdadu Belanda tetap mengepung dan tak memberikan ruang bagi mereka untuk memperoleh bantuan makanan. Seorang prajurit mencoba keluar hutan meski kawasan itu telah dikepung tentara Belanda. Ia mencari pos pasukan Belanda yang paling lemah. Dari situ, ia berusaha menyelinap meski maut tetap mengintai.

Ratusan prajurit TNI yang sedang napak tilas ini akan berjalan kaki menyusuri rute perjalanan sepanjang puluhan kilometer sebagai pengingat perjuangan ketika sang panglima Jendral Sudirman berjuang melawan Belanda.

Perjuangan yang sangat berat ini harus dijaga dan diteruskan oleh generasi saat ini.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

YoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

Feed IG Pem. Kal. Plembutan

PROFIL KALURAHAN PLEMBUTAN

Translate

PENGADUAN MASYARAKAT